Arsip

Jamu tumpuan harapan Indonesia sehat

Saya mampu berenang 1 km nonstop di usia 60 tahun. Kebiasaan saya minum jamu sejak kecil merupakan salah satu hal yang membuat saya tidak kalah dengan usia-usia muda” ujar Drs. Hendarman Supandji, SH, rektor IPB. Pengalaman pribadinya diutarakan pada acara Talkshow “Indonesia Cinta Sehat – Saatnya Jamu Berkontribusi yang diadakan pada tanggal 16 November 2011 di Kementerian Kesehatan. Acara yang dihadiri oleh sekitar 200 orang peserta ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari kesehatan Nasional ke-46 tahun 2011.

Upaya Kementerian Kesehatan untuk mengintegrasikan pelayanan kesehatan tradisonal, alternatif dan komplementer pada pelayanan kesehatan yang menggunakan jamu sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kebugaran dan mencegah timbulnya penyakit dinilai masih terkendala. Beberapa masalah jamu di Indonesia antara lain masih kurangnya publikasi hasil penelitian, penyediaan bahan baku dan terbatasnya tenaga ahli. Lebih jauh Prof.dr. Ali Gufron, Wakil Menteri Kesehatan  menyampaikan harapannya pada pembukaan talkshow, agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat ditanggulangi bersama dengan sektor lainnya.

Jamu yang merupakan warisan turun temurun ini sudah mulai dimanfaatkan masyarakat sejak dulu.  Kalau tidak terbiasa minum jamu kemampuan fisiknya dibawah rata-rata, hal semacam ini perlu disosialisasikan agar masyarakat dapat mulai membiasakan minum jamu untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal ini sejalan dengan amanat Presiden SBY yang disampaikan pada Mei 2008 jadikan “Jamu Brand Indonesia”.

Harapan dr Abidinsyah Siregar DHSM, MKes yang mendapat tugas memimpin Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer sebagai penjuru dalam memanfaatkan berbagai hasil penelitian dan produk kesehatan tradisional, selain meyiapkan berbagai regulasi agar pelayanan kesehatan tradisional dapat dikembangkan baik dimasyarakat maupun di fasilitas kesehatan terutama adalah dokter yang memiliki kemampuan tentang herbal/jamu .

Untuk itu  guna mempercepat pengembangan yankestrad khususnya penggunaan jamu di pelayanan kesehatan yang mengimplementasi kedokteran konvensional, Direktur Bina Yankestradkom mengharapkan kesehatan tradisional diperkenalkan sejak di Fakultas Kedokteran. Bagai gayung bersambut Wakil Menteri Kesehatan sebagai Ketua AFKI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Indonesia) akan memasukkan materi Kesehatan Tradisional sebagai salah satu mata kuliah di Fakultas Kedokteran.

Talkshow ini menghadirkan Ketua GP Jamu, Putri Indonesia 2011, Rektor IPB, Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat Ditjen Holtikultura Kementerian Pertanian sebagai pembicara. Banyaknya permasalahan dalam mengembangkan jamu mulai dari hulu hingga ke hilir, sehingga diharapkan para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun swasta dapat bekerja sama dalam memanfaatkan berbagai hasil penelitian tanaman obat dan pengembangan SDM terutama di sektor kesehatan, penyiapan modal kerja serta berbagi pada petani tanaman obat guna membangkitkan kembali jamu sebagai alternatif dalam memelihara kesehatan. (Sri Andewi, SKM, M.Kes – Direktorat Bina Yankestradkom, )

JAMU MENJADI TUAN RUMAH DI NEGERI SENDIRI

Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang dipakai sejak dahulu dan sudah terbukti khasiatnya, tidak kalah dengan obat herbal impor (misalnya dari China) yang selama ini membanjiri pasar Indonesia karena era perdagangan bebas. Potensi alam Indonesia pun amat besar dengan keanekaragaman etnobotani (tanaman obat) yang dimiliki. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bertekad untuk menjadikan jamu sebagai tuan rumah obat tradisional di negeri sendiri. Demikian dikatakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, Sp.FF (K) saat press briefing dengan tema “Saintifikasi Jamu” pada Jum’at (3/9/2010) di Jakarta.

Prof. Agus mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei 2008 yang lalu telah mendeklarasikan “Jamu Brand Indonesia” sebagai wujud perhatian dan dukungan pemerintah dalam penggunaan dan pemanfaatan jamu sebagai obat tradisional. Menindaklanjuti hal itu, Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH berkomitmen untuk mengusulkan agar anggaran untuk pengembangan jamu meningkat dari Rp 5 milyar menjadi Rp 100 milyar pada tahun 2011.

Menurut Prof. Agus, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan jamu antara lain belum terintegrasinya obat tradisional/jamu dengan pelayanan kesehatan formal karena belum adanya pengakuan dari profesi tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi) bahwa jamu aman (tidak toksis), berkhasiat (efikasi), dan mutunya terjamin (standar). Untuk memperoleh pengakuan itu harus didasarkan pada bukti-bukti empirik yang akan didapatkan melalui proses saintifikasi jamu. Selain itu juga lemahnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor terkait, belum adanya standarisasi penyediaan bahan baku (penanaman, pemanenan, pengolahan paska panen), belum dilaksanakannya standar untuk menjamin mutu, manfaat, dan keamanan, lemahnya data tentang akses obat tradisional yang bermutu, aman, dan efikasi, serta kurangnya informasi terkait penggunaan rasional obat tradisional.

Untuk itu, disusunlah suatu Grand Strategy Pengembangan Jamu oleh Kementerian Kesehatan melalui (1) Penyusunan kebijakan nasional dan kerangka regulasi dalam mengintegrasikan obat tradisional dengan pelayanan kesehatan formal, (2) Meningkatkan keamanan, mutu, dan efikasi jamu, (3) Menjamin ketersediaan bahan baku  jamu yg berkualitas, (4) Meningkatkan akses thd jamu yang bermutu, aman, dan berkhasiat, serta (5) Penggunaan rasional obat tradisional/jamu, kata Prof. Agus.

Dikatakan lebih lanjut, terkait penyusunan regulasi dalam pengintegrasian obat tradisional dengan pelayanan kesehatan formasl, Kementerian Keseahtan telah mengeluarkan Kepmenkes No. 1076 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, Kepmenkes No. 1109 Tahun 2009 tentang Pengobatan Komplementer Alternatif, serta Permenkes No. 003 Tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu.

Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah (1) Untuk memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris, (2) Mendorong terbentuknya jejaring dokter/dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya prefentif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif terhadap penggunaan jamu, (3) Meningkatnya kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan penggunaan jamu, (4) Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan, ujar Prof. Agus.

Prof. Agus mengatakan, untuk menjamin akses masyarakat terhadap jamu yang bermutu, berkhasiat dan aman, dikembangkanlah “Pojok Jamu” di Puskesmas, pengembangan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) ditingkat rumah tangga untuk pertolongan pertama pada penyakit ringan, diklat kepada dokter umum, dokter spesialis, dokter Puskesmas tentang pelayanan obat tradisional/jamu, pembinaan produsen jamu tentang Cara Pembuatan Jamu yang Baik (CPJB), serta pengembangan 12 rumah sakit untuk persiapan saintifikasi jamu. Ke-12 rumah sakit tersebut adalah RSUP Persahabatan Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RSAL Mintoharjo Jakarta, RS Dr. Sutomo Surabaya, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RS Orthopedi Solo, RSUP Sanglah Bali, RSUP Adam Malik Medan, RS Dr. Pirngadi Medan, RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RS Syaiful Anwar Malang serta RSUP Kandou Manado. (depkes.go.id)

Manfaat Madu

Bismillah…
Berikut informasi yang kami kutipkan dari situs Mentorhealthcare.Selamat membaca.

Seperti telah kita ketahui, MADU dapat dihasilkan secara spesifik berdasarkan sumber nektar bunga (Nektar adalah cairan manis yang terdapat pada bunga yang biasa diserap lebah, merupakan bahan utama untuk madu). Hasil penelitian para ahli yang dipadukan dengan pengalaman langsung dari konsumen dan masyarakat penggemar MADU, setiap jenis MADU dari sumber nektar yang berbeda tersebut, ternyata memiliki manfaat dan khasiat yang berbeda pula. Walaupun demikian secara umum khasiat dan manfaat MADU tersebut hampir sama.

Adapun jenis-jenis MADU yang dimaksud adalah:

1. Madu Bunga Kapuk Randu
2. Madu Karet
3. Madu Bunga Kopi
4. Madu Bunga Kelengkeng/Sonokeling
5. Madu Bunga Durian
6. Madu Bunga Rambutan
7. Madu Bunga Apel/Jambu Air
8. Madu Bunga Mangga
9. Madu Bunga Kaliandra
10. Madu Lokal/Madu Multi Flora/Madu Hutan
11. Madu Bunga Mahoni/Bunga Jambu Mente
12. Madu Polen (Madu + Tepung Sari Bunga)
13. Madu Super (Madu + Tepung Sari Bunga + Royal Jelly)
14. Royal Jelly
15. Tepung Sari Bunga (Bee Pollen)
16. Propolis

1. MADU BUNGA KAPUK RANDU, berkhasiat:

Meningkatkan nafsu makan
Meningkatkan daya tahan tubuh
Menyembuhkan sariawan
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)
Memperlancar fungsi otak

2. MADU KARET, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Menyembuhkan keputihan
Menyembuhkan gatal-gatal
Menyembuhkan alergi
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

3. MADU BUNGA KOPI, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Membuat enak tidur
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

4. MADU BUNGA KLENGKENG/SONOKELING, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Memperlancar urine
Memperkuat fungsi ginjal
Menyembuhkan sakit pinggang
Mempercepat penyembuhan luka operasi
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

5. MADU BUNGA DURIAN, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Menghilangkan rasa mual
Membuat enak tidur
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

6. MADU BUNGA RAMBUTAN, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Memperlancar urine
Memperkuat fungsi ginjal
Menyembuhkan sakit pinggang
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan sakit maag
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

7. MADU BUNGA APEL/JAMBU AIR, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Menghilangkan rasa mual
Memperkuat kandungan bagi ibu hamil
Memperlancar fungsi otak
Membuat enak tidur
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

8. MADU BUNGA MANGGA, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Menghilangkan rasa mual
Memperkuat kandungan bagi ibu hamil
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

9. MADU BUNGA KALIANDRA, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan hormon
Memperlancar pencernaan
Menyembuhkan darah tinggi
Membuat enak tidur
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

10. MADU LOKAL/MADU MULTIFLORA/MADU HUTAN, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Menyembuhkan darah tinggi/darah rendah
Membuat enak tidur
Mengobati reumatik
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)

11. MADU BUNGA MAHONI/JAMBU MENTE, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Menyembuhkan sakit malaria
Menyembuhkan keputihan bagi wanita
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian yang luka)
Menyembuhkan asam urat

12. MADU POLLEN (MADU + TEPUNGSARI BUNGA), berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan hormon
Menyuburkan peranakan
Menyembuhkan keputihan bagi wanita
Menghaluskan muka dan menghilangkan jerawat (dioles pada bagian muka) serta menjadikan kulit muka tidak berkeriput
Menghilangkan rasa letih yang berkepanjangan
Memperlancar fungsi otak
Menyembuhkan penyakit darah tinggi dan jantung

13. MADU SUPER (MADU + TEPUNGSARI BUNGA + ROYAL JELLY), berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan hormon
Menyuburkan peranakan bagi wanita
Sangat cocok dikonsumsi bagi pria dewasa
Menyembuhkan penyakit darah tinggi dan jantung
Menyembuhkan sel tubuh yang rusak
Mempercepat penyembuhan loka operasi
Mengendurkan bagian syaraf yang tegang
Menghilangkan rasa letih yang berkepanjangan
Memperlancar fungsi otak

14. ROYAL JELLY, berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan produksi hormon
Menyuburkan peranakan
Menyembuhkan darah tinggi/darah rendah
Memperlancar urine
Memperkuat fungsi ginjal
Menyembuhkan sakit pinggang
Mempercepat penyembuhan luka operasi
Mengendurkan bagian syaraf yang tegang
Menyembuhkan organ tubuh yang rusak
Menghilangkan rasa letih yang berkepanjangan
Memperlancar fungsi otak
Dapat dikonsumsi penderita Diabetes

15. TEPUNGSARI BUNGA (BEE POLLEN), berkhasiat:

Meningkatkan daya tahan tubuh
Memperlambat proses penuaan dan menghaluskan kulit muka
Menurunkan kolesterol
Memperlancar fungsi pencernaan
Mengobati asma
Dapat dikonsumsi penderita Diabete

16. PROPOLIS

Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.

Membantu menyembuhkan dan menjaga kulit dari masalah seperti jerawat, gatal-gatal, eksim dan lain-lain.
Menjaga mulut tetap segar dan nyaman
Membantu memperbaiki jaringan tubuh.

Menyejukan radang tenggorokan dan masalah sinusitis, membantu menyembuhkan penyakit maag, infeksi saluran pencernaan dan saluran kemih, dll.

Untuk mendapatkan khasiat dan manfaat dari MADU, dalam mengkonsumsi sebaiknya menggunakan takaran yang direkomendasikan.

Pagi : Orang Dewasa : 40 gr / 2 sendok makan
Anak-anak : 20 gr / 1 sendok makan
Siang : Orang Dewasa : 30 gr / 1 sendok makan
Anak-anak : 15 gr / 1/2 sendok makan
Malam : Orang Dewasa : 30 gr / 1 sendok makan
Anak-anak : 15 gr / 1/2 sendok makan

(Sumber : mentorhealthcare, oleh Muhammad Ibrahim, ST Rahimahullah)

10 Pertanyaan Seputar Madu

Oleh: Abu Abdilhalim bin Muhammad Zaidin bin Achsan
(Pemerhati Herbal dan Pengobatan Tradisional, sekarang tinggal di Sleman)

”Minum madu adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan kita sekeluarga. Namun, dengan semakin bertambahnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi madu, bahaya justru datang mengancam. Ya, kesehatan menjadi terancam, karena diduga telah banyak madu yang dicampur atau dipalsukan oleh para produsen madu yang tidak bertanggung jawab”

Mengingat banyaknya pertanyaan di masyarakat terkait seputar madu alami, kiranya perlu kami sampaikan beberapa pertanyaan yang sering muncul. Semoga jawaban yang kami sampaikan dapat menambah wawasan dan bermanfaat.

1.Bagaimana cara mengetahui keaslian madu yang akan kita beli di toko atau swalayan?
Jawab :
Madu asli dan alami dapat dikenali dengan ciri sebagai berikut:
–     Mempunyai izin yang benar dari Dinas Kesehatan atau Balai POM setempat (bisa P-IRT, MD, atau TR)
–     Aroma, warna, rasa, dan kekentalan yang khas.
–     Dikemas secara baik dan higienis (tidak bocor, atau yang semisalnya)
–     Ada garansi total dari produsennya, dimana semua madunya telah diuji di laboratorium.
–     Hasil pengujiannya harus memenuhi persyaratan SNI 0135. 45-2004 (uji kadar air, diastase indeks, kadar glukosa, kadar fruktosa, kadar sukrosa, HMF, dll).

2. Apakah cara pengujian dengan memasukan kuning telur ke dalam madu bisa dijadikan standar?
Jawab:
Di masyarakat memang berkembang kebiasaan untuk menguji keaslian madu dengan cara seperti di atas. Pengujian tersebut sebenarnya tidak seratus persen benar, masih butuh pembuktian melalui laboratorium.

3. Bagaimana dengan cara pengujian madu pada koran?
Jawab:
Sama saja. Karena pada madu yang asli sekalipun bila kadar airnya tinggi bisa merembes pada kertas koran, sebagaimana yang pernah diujikan oleh Bpk. M. Sadyi Masun di kalimantan (pemerhati produk lebah dan penulis buku “Jeli Memilih Madu”).

4. Apakah madu yang dikerumuni semut adalah madu palsu atau campuran?
Jawab:
Menurut oleh B. Sarwono, salah seorang ahli perlebahan di Indonesia, bahwa semut merupakan hama bagi lebah penghasil madu. Sebagai hama pengganggu, kehadiran semut di sarang lebah madu tentu dapat merugikan produksi. Hal ini disebabkan serangga ini memakan madu, tempayak, lilin dan sisa-sisa pakan lebah.
Pendapat ini didukung oleh Prof. Dr. D.TH. Sihombing. Guru Besar IPB (Institut Pertanian Bogor) ini menjelaskan “…menjadikannya sebagai rantaian makanan yang mengangkut madu, telur dan larva…”
Dari pendapat kedua ahli tersebut di atas, setelah mereka melakukan penelitian yang cukup lama, dapat kita simpulkan bahwa semut tetap suka dengan madu, apapun jenis madunya, madu asli maupun palsu. Pada kasus tertentu, memang semut tidak suka pada madu, hal ini bisa jadi disebabkan oleh faktor fermentasi pada madu. Sehingga penentuan keaslian madu dengan indikator tersebut tidak dapat diterima.

5. Lalu, apa cara yang cepat dan mudah bagi kita untuk mengecek keaslian madu?
Jawab:
Ada cara praktis yang dapat digunakan sebagai indikator minimal madu asli adalah:
–     Dengan memeriksa kadar keasaman madu dengan menggunakan indikator pH meter. Madu palsu biasanya memiliki pH 2,4-3,3 atau diatas 5. Sedangkan madu asli mempunyai pH 3,4-4,5.
–     Dengan menggunakan korek api (non gas/korek batang) tetap dapat menyala setelah dicelup ke madu, walaupun dalam waktu yang lama, maka madu tersebut asli. Cara ini membutuhkan waktu, karena adakalanya pada madu palsu sekalipun, korek dapat menyala bila setelah dicelup langsung dinyalakan (atau hanya menungu beberapa menit).
– Madu asli tidak akan membeku (atau mengeras, seperti es batu) bila disimpan di lemari es. Namun yang terjadi adalah pada sebagian madu akan mengalami pengkristalan.

–     Teteskan madu ke air dalam mangkok atau gelas bening. Bila tetesan madu jatuh tegak lurus dan tidak membuat keruh air dalam waktu lama (diatas 1 jam), maka diperkirakan bukan madu palsu.
–     Yang terbaik walaupun berbiaya adalah dengan menggunakan pengujian secara laboratorium. Standar yang digunakan adalah standar SNI 0135.45 – 2004 (uji kadar air, diastase indeks, kadar glukosa, kadar fruktosa, kadar sukrosa, HMF, dll).

6.  Mengapa madu dapat mengkristal? apakah ini menunjukan bila madu tersebut palsu atau tercampur?
Jawab:
Dapat dijelaskan di sini, bahwa kejadian mengkristal / berubah bentuk, memang banyak terjadi pada sebagian jenis madu, terutama bila madu disimpan pada suhu dingin. Pengkristalan dimulai dari bagian bawah wadah, madu perlahan-lahan akan mengalami pengkristalan atau berubah warna kuning atau keputihan. Hal ini lazim terjadi pada madu jenis madu karet, mete, kelengkeng, kaliandra, kopi, dan madu hutan belantara. Kejadian ini disebabkan oleh kandungan zat yang ada pada madu yang bernama dextrosa.
Sifat dextrosa adalah mudah mengkristal pada suhu dingin, begitu seperti dijelaskan oleh Prof.Dr. D.T.H. Sihombing, guru besar IPB (Institut Pertanian Bogor). Pendapat tersebut di atas juga didukung oleh RM. Sumo Prastowo, CDA dan R. Agus Suprapto, BA. Juga para ahli madu lainnya. Adanya partikel-pertikel kecil seperti debu, bee pollen, sisa lilin atau propolis, dan gelembung udara pada madu dapat juga menstimulasi kristalisasi pada madu.

7. Adakah penanganan bila madu mengkristal?
Jawab:
Umumnya terjadinya kristalisasi tergantung dari jenis madu dan penanganan pasca panen, dan kondisi penyimpanan. Kristalisasi pada madu tentu mengurangi kualitas madu yang dijual, kondisi ketika padatan madu sudah mencair akan mempercepat pertumbuhan khamir pada madu sehingga terjadilah fermentasi yang menghasilkan rasa asam pada madu.
Kristalisasi pada madu dapat dikurangi dengan menjaga suhu madu pada 40 derajat celcius sampai tujuh puluh satu derajat celcius selama pembotolan, penyaringan madu sebelum dikemas untuk menghilangkan partikel-partikel yang dapat memancing kristalisasi (National Honey Board, 2006).
Jika madu sudah terlanjur mengkristal sebaiknya madu dituang ke wadah kaca dan rendam dalam air hangat sambil di aduk sampai kristalnya hancur. Atau tuang madu ke wadah yang tahan panas kemudian panaskan dalam microwave, aduk setiap 30 detik sampai kristalnya mencair. Ingat, untuk mencairkan kembali kristal madu tidak dianjurkan untuk merebusnya.

8. Lalu apa pencegahannya agar madu tidak mengkristal?
Jawab:
Sebagai pencegahan, ingat tips berikut ini:
– Pilihlah wadah botol kaca untuk penyimpanannya, ingatlah untuk selalu tutup wadah madu dengan rapat.
–     Letakkan madu pada suhu ruang.
–    Agar madu selalu siap di konsumsi hindari penyimpanan madu pada kulkas/ruangan dengan pendingin (AC).
–     Dan jangan lupa, minumlah madu tersebut secara teratur. Ini solusi terbaik, madu habis sebelum mengkristal.

9. Amankah madu untuk penderita Diabetes?
Jawab:
Madu mengandung sekitar 100 unsur berbeda yang dianggap sangat urgen bagi tubuh manusia diantaranya adalah kandungan vitamin A, B1, B3, E, K dan Asam Folat yang bermanfat bagi kesehatan, khususnya bagi orang yang terkena sakit kencing manis. Bagi penderita diabetes, cukup sesendok makan madu untuk menambah gula di dalam darah secara cepat, sehingga dapat membangkitkan sel prancreas untuk menyemprotkan insulin.
Namun yang perlu diperhatikan adalah:
–     Orang yang terkena kencing manis harus rajin dan rutin memeriksakan darahnya. Hal ini diperlukan untuk membatasi kadar yang diperbolehkan, tentu saja atas petunjuk dari dokter.
–     Madu yang dikonsumsi adalah benar-benar madu alami.
Menurut Prof. Dr. Aznan Lelo, Sp.FK, PhD, ahli produk perlebahan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, beliau menilai bahwa madu dapat dijadikan sebagai gula pengganti yang aman dan efektif bagi diabetesi.
Untuk penggunaan luar, madu telah terbukti efektif untuk membantu penyembuhan luka karena diabetes.

10. Bagaimana dengan anggapan, bahwa madu tidak pas untuk dikonsumsi oleh anak kecil (balita)?
Jawab:
Pendapat ini tidak sepenuhnya tepat. Ada jenis madu yang memang kurang pas untuk balita. Misalnya madu pahit (nektar bunga mahoni) atau madu Lanceng yeng terkenal asam (dihasilkan oleh jenis lebah Trigona SP). Adapun madu yang rasanya manis dan tidak asam atau pahit tidak masalah diberikan pada balita dan anak-anak, bahkan sangat baik untuk tambahan nutrisi dan gizi untuk mereka. Madu yang diberikan kepada balita dan anak-anak hendaknya dalam keadaan telah diencerkan dengan air yang masak, misalnya 2 sendok makan madu dalam 100 cc. Atau sesuai dengan kebutuhan anak-anak.

Sumber :
–     Sarwono, B. “Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu”. Jakarta: Cetakan III. Argomedia.
–     Sihombing, D.T.H. Prof Dr. “Ilmu Ternak Madu”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. 1997
–     Agus Murtijo, Bambang, “Memelihara Lebah Madu”. Yogyakarta: Cetakan III Kanisius. 2003
–     Tim redaksi majalah trubus,. “Beternak Lebah Madu”, Jakarta: cetakan XII. Trubus 1999
–    Suranto, Adji, Dr. SPA, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004
–     Masun, M. Sadyi , “Jeli Memilih Madu”, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa 2005
–     Purbaya, J Rio, “Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami”. Bandung: Cetakan pertama. CV Pionir Jaya 2002
–     Walji, Hasnain, Ph.D, Terapi Lebah, Daya Kekuatan dan Khasiat Lebah, Madu dan Serbuk Sari, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2001.

Mengenal Manfaat Madu

Oleh: Abu Abdilhalim bin Muhammad Zaidin bin Achsan
(Pemerhati Herbal dan Pengobatan Tradisional, sekarang tinggal di Sleman)

Lebah dan Madu adalah bukti akan kebesaran Allah C, sebagai pemilik dan pencipta alam. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam al-Quran surat An-Nahl: 69 Baik ilmu ketabiban dan kedokteran menyebutkan bahwa kesehatan manusia berawal dari apa yang dikonsumsinya. Kebiasaan makan yang benar dan sehat sejak usia dini menjadikan tubuh lebih bertahan dari gangguan penyakit. Pada usia dewasa ketidakmampuan seseorang untuk mengatur pola makannya sangat signifikan memicu timbulnya berbagai macam penyakit berat.

Keadaan zaman dan perubahan pola hidup dan pola makan manusia saat ini memang menjadi banyaknya kebutuhan tubuh yang terabaikan. Mineral yang berkurang atau vitamin yang hilang dari makanan yang kita konsumsi menjadikan tubuh seringkali rentan terhadap penyakit. Madu adalah salah satu pengisi kekosongan yang mungkin terdapat dalam tubuh dikarenakan kurang baiknya pola makan kita.

Selama berabad-abad madu yang dibuat oleh lebah dari sari bunga merupakan zat pemanis murni dan alami serta salah satu bahan makanan manusia. Madu berbentuk cairan. Umumnya memiliki rasa manis, karena berasal dari nektar aneka bunga atau bagian tanaman. Madu adalah pangan alami sekaligus obat, yang diproses secara alami oleh lebah disarangnya. Fruktosa dan glukosa merupakan zat utama pada madu.

Madu yang bagus memiliki kalori +/- 3.280 cal/kg. Madu tidaklah dibuat oleh manusia, karena madu yang dibuat secara sintetis akan berbeda rasa, bau, kandungan serta manfaatnya. Yang membedakannya antara lain adalah kadar asam (PH), kandungan enzim diastase, HMF (5 hidroxy-methyl furfural), kadungan fruktosa dan dextrosanya serta kemapuan madu yang dapat memutar optic ke kiri pada alat Polarimeter . Jadi hanya madu yang dikumpulkan dan diproses secara alami oleh lebahlah yang bisa disebut MADU.

MURNI ALAMI.
Madu di Indonesia dihasilkan oleh bermacam jenis lebah diantaranya Jenis lebah liar seperti Apis Dorsata dan Trigona sp serta madu ternak seperti Apis mellifera, Apis Indica dan Apis florae.Jenis madu antara lain madu apel, madu durian, madu kelngkeng, madu rambutan, madu mangga, madu kopi, madu randu, madu hutan, madu kaliandra, serta madu multiflora.

MANFAAT MADU
Beberapa penelitian Ahli yang telah dilaku-kan menunjukan bahwa madu dapat digunakan sebagai antimikroba pada luka termasuk luka pasca operasi. Hal ini disebabkan madu memiliki kadar air yang relatif rendah yakni kurang dari 20% dan kadar gula yang tinggi, kondisi tersebut sangat tidak mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme karena menimbulkan efek osmosis yang dapat membunuh mikroorganisme (Tonks dkk., 2003).

Kemampuan madu sebagai antimikroba yang lain adalah madu memiliki kadar pH yang rendah sehingga bersifat asam yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, madu memiliki tekanan osmotik yang besar serta rasio karbon terhadap nitrogen yang tinggi

(Rosita, 2007). Selain itu juga madu memiliki fungsi sebagai antimikroba karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui senyawa hidrogen peroksida yang dihasilkan sehingga bakteri sulit untuk berkembang (Banq dkk., 2003).

Madu juga mengandung enzim sangat bermanfaat untuk pencernaan. Tubuh manusia hanya perlu menyerap karena kandungan gula madu alami sangat mudah untuk dicerna. Proses pembuatan madu dalam perut lebah, dibantu dengan kelenjar air liur, telah mengubah gula nektar menjadi gula levulosa dan dektrosa. Cepatnya penyerapan membuat madu sering digunakan untuk mendapatkan tenaga spontan, menambah stamina dan membuat tubuh tetap bugar bagi olahragawan atau pekerja.

Selain cepat menghasilkan tenaga, madu mempunyai banyak keunggulan dan manfaat antara lain:
1.    Mempunyai sifat hangat, jadi sangat cocok untuk penyakit sindrom singin.
2.    Tidak menimbulkan iritasi
3.    Jenis gula pada madu paling mudah ditangani oleh ginjal
4.    Mampu menenangkan tubuh (memiliki efek sedative) sehingga pas bagi orang yang sulit tidur.
5.    Mudah diperoleh dan harganya relatif terjangkau.
6.    Mampu menjaga daya tahan tubuh dan stamina.
7.    Dapat membantu penyembuhan berbagai jenis penyakit, seperti jantung gangguan metabolisme, hipertensi (tekanan darah tinggi), sariawan, memperlancar peredaran darah, kolesterol, asam urat, gangguan lambung dll
8.    Madu bersifat antioksidan sehingga bermanfaat untuk kesehatan kulit, membuat kulit tampak sehat, terlihat lebih muda serta menjaga kehalusan dan kelembutan kulit.
9.    Memiliki efek anti peradangan (antiinflamasi), seperti radang usus dan radang tenggorokan.
10.    Obat saluran respirasi, seperti pada ashma, batuk dan flu
11.    Obat gangguan mata, diabetes mellitus, dan juga dapat mendukung pertumbuhan mikroba probiotik. Dan masih banyak lagi manfaat yang terkandung dalam madu alami.
12.    Sebagai obat luar, untuk luka bakar dan infeksi akibat penyakit gula (diabetes)

Madu bagi penderita Diabetes
Pada penderita diabetes (kencing manis;penyakit gula) madu asli aman bagi mereka. Penyakit ini diakibatkan karena terganggunya kinerja pankreas dalam memproduksi insulin. Insulin inilah yang berperan untuk memecah zat gula jenis disakarida.Berbeda dengan gula pasir (disakarida) yang membutuhkan enzim insulin untuk dapat dipecah dan diserap tubuh, madu yang merupakan merupakan gula monosakarida akan langsung diserap tubuh dan diubah menjadi energi. Karenanya, madu insya Allah aman bagi penderita diabetes bahkan bisa membantu menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal.

Pada beberapa rumah sakit, madu dimanfaatkan untuk memperbaiki jaringan kulit yang terinfeksi bahkan mencegah amputasi. Caranya mudah, dengan mengoleskan madu pada bagian tubuh yang sakit. Cara ini yang dilakukan Profesor Jennifer Eddy, MD dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Winsconsin, Amerika Serikat. Dia juga menuturkan kombinasi antara agen antibakterial dengan hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh bakteri, bisa membantu membersihkan infeksi yang sulit diobati dengan metode lainnya.

Obat favorit Hippocrates, “Bapak” ilmu kedokteran adalah madu. Dia mempunyai resep yang disebut sebagai “oxymel”. Dia mengatakan: “The Drink to be employed should there be any pain is vinegar and honey. If there be great thirts, give water and honey”

Bolehkah Anak-anak & bayi mengkonsumsi madu?
Ada pendapat bahwa madu tidak boleh diberikan pada anak dibawah usia 1 tahun karena mengandung Clostridium botulinum, yaitu bakteri yang menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan. Pendapat ini menurut kami tidak benar dan telah dibuktikan oleh Tim dokter dari rumah sakit Al Kafji National Hospital- Kerajaan Saudi Arabia yang

meneliti lebih dari 220 contoh madu dari berbagai negara dan interview dengan keluarga dari 1500 bayi lebih yang di beri madu sejak lahir.
Dari penelitian ini membuktikan TIDAK ADA SATUPUN madu yang tercemar clostridium Botilinum dan tidak ada satupun bayi yang menderita Botulism karena madu.Jadi peluang adanya Clostridium Botilium pada madu, sama dengan peluang keberadaannya pada bahan makanan lain yang berasal dari alam seperti susu dan lain-lain. Jadi madu insya Allah aman di konsumsi segala usia bahkan bayi di bawah usia 1 tahun, yang terpenting perlu diperhatikan dosis penggunaannya pada anak-anak terutama di bawah usia 1 tahun dan dengan pengencer (dicampur air yang sudah masak).

Dosis penggunaan madu
Dosis maksimal meminum madu adalah 15 mg/ Kg BB/ hari, artinya jika kita orang dewasa muda dengan berat badan 50 Kg, maka dia boleh minum madu maksimal 750 mg (satu botol besar) sehari. Rata-rata orang dewasa dianjurkan meminum madu 100-200 gram atau 3- 9 sendok makan per  hari, sedangkan untuk anak separuhnya, antara 50-100 gram. Tentunya dosis ini jauh dari dosis maksimal. Hal ini yang menyebabkan madu aman untuk penderita diabetes sekalipun. Semoga bermanfaat.

Tips Memilih Madu
1.     Murni dikemas dari Madu alami saja, tanpa melalui proses pemanasan maupun proses lainnya serta bebas dari bahan tambahan makanan seperti pengawet, penambah rasa serta pewarna yang berbahaya.
2.     Terbukti sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 2004) dibuktikan melalui uji laboratorium.
3.     Aspek legalitas baik dari izin perusahaan maupun izin edar produknya
4.    Perusahaan pengemas dikenal memperhatikan aspek mutu dan aspek halal.

Maraji’:
1.    Al-Qur’an al Kariem.
2.    Hj.Tien Ch. Tirtawinata,Dr.. SpGK, Makanan dalam perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Gizi, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
3.    Jarvis MD, D.C. Khasiat Sari Apel dan Madu, Sudarmadji,Spd (penerjemah),Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002.
4.    Walji Ph.D, Hasnain, Terapi Lebah, Daya Kekuatan dan Khasiat Lebah, Madu dan Serbuk Sari, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2001.
5.    Suranto, Adji, Dr. SPA, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004
6.   Kus Irianto, Drs dan Kusno Waluyo, Drs, Gizi dan Pola Hidup Sehat, Bandung; Yrama Widya, 2007.
7.    Sihombing, D.T.H, Ilmu Beternak Madu, Yogyakarta: UGM Press, 1997.

Madu Penghilang Bekas Luka

Bekas luka yang muncul di wajah atau tubuh kadang bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang. Tapi ada kabar bahwa madu bisa membantu hilangkan bekas luka. Benarkah begitu?

Madu adalah produk alami yang telah berabad-abad digunakan sebagai obat, salah satunya adalah untuk mengobati dan menghilangkan bekas luka. Tapi sebelum melakukannya, pastikan madu yang digunakan tepat.

James F Balch dan Phyllis A. Balch, dalam ‘Prescription for Nutritional Healing‘ merekomendasikan penggunaan madu yang tidak disaring, tidak dipanaskan dan tidak diproses untuk mendapatkan manfaat terapeutiknya.

Madu alami memang agak kurang menarik jika dibandingkan dengan madu kemasan yang dijual baik di supermarket atau apotek. Tapi sebenarnya madu alami ini memiliki lebih banyak manfaat kesehatan seperti antioksidan yang terkandung di dalamnya.

Dalam jurnal Gulf Heart Association diketahui madu bisa merangsang proses penyembuhan, efektif dalam pengobatan luka dan merangsang regenerasi jaringan, seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (16/2/2012).

Untuk menghilangkan bekas luka seperti jerawat direkomendasikan mencampur 2 sendok makan madu dengan 2 sendok makan minyak zaitun, hasil pencampuran ini dioleskan ke kulit.

Setelah itu dipijat selama 3 menit dan menempatkan handuk hangat di kulit. Jika handuk tersebut sudah dingin maka angkat sambil menghapus campuran madu dan minyak zaitun tersebut. Selain itu bisa juga dicampurkan dengan minyak esensial lain untuk membuat masker.

Meski begitu jika seseorang diketahui memiliki jenis kulit yang sensitif, maka tak ada salahnya untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Hal ini untuk mengurangi risiko efek samping di kulit.

Sumber : detik

 

INTEGRASI PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Dalam hal pelayanan kesehatan, obat tradisional dapat menjadi bagian penting dari sistem kesehatan di negara manapun di dunia, termasuk di negara-negara ASEAN. Obat tradisional yang sering lebih diterima secara budaya oleh masyarakat dibandingkan dengan obat konvensional.

Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat membuka ”the 3rd Conference on Traditional Medicine in ASEAN Countries” di Surakarta, Senin (31/10). Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Dr. dr. Trihono, M.Sc; Executive Director ASEAN Foundation; Director International Cooperation Nippon Foundation; perwakilan WHO; dan sejumlah peserta konferensi yang berasal dari 10 negara ASEAN.

“Di beberapa negara Asia dan Afrika, sekitar 80% penduduk bergantung pada obat tradisional untuk perawatan kesehatan primer. Karena itu, pemberian obat tradisional yang aman dan efektif dapat menjadi alat penting untuk meningkatkan akses ke perawatan kesehatan secara keseluruhan”, ujar Menkes. (depkes.go.id)

Dalam sambutannya Menkes memaparkan, berdasarkan data hasil riset kesehatan dasar 2010, hampir setengah (49,53%) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Sekitar lima persen (4,36%) mengkonsumsi jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi jamu sesekali. Proporsi jenis jamu yang banyak dipilih untuk dikonsumsi adalah jamu cair (55,16%); bubuk (43,99%); dan jamu seduh (20,43%). Sedangkan proporsi terkecil adalah jamu yang dikemas secara modern dalam bentuk kapsul/pil/tablet (11,58%).
Selanjutnya, Menkes menyatakan, terdapat dua tantangan utama dalam penggunaan obat tradisional di Indonesia. Yang pertama, konsumen cenderung menganggap bahwa obat tradisional (herbal) selalu aman. Tantangan selanjutnya, yaitu mengenai izin praktek pengobatan tradisional dan kualifikasi praktisi kesehatan tradional.

“Berdasarkan Survei Global WHO (1994), tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan obat tradisional, yaitu kurangnya data penelitian, kurangnya mekanisme kontrol yang tepat, kurangnya pendidikan dan pelatihan, dan kurangnya keahlian. Situasi serupa juga ditemukan di wilayah SEARO, sebuah survei kebijakan nasional tentang obat tradisional dan regulasi jamu (2005) mengungkapkan bahwa belum semua negara SEARO memiliki kebijakan yang berkaitan dengan obat tradisional”, jelas Menkes.

Pada  Deklarasi Alma Ata (1978) dunia telah berkomitmen bahwa obat tradisional harus dikembangkan secara signifikan. Negara anggota ASEAN juga menyadari pentingnya mengintegrasikan pengobatan tradisional ke dalam sistem kesehatan nasional, terutama dalam pelayanan kesehatan primer, dengan memanfaatkan obat tradisional.

“Seperti yang kita ketahui, dalam sistem pelayanan kesehatan modern didukung oleh pengetahuan yang jelas dan metodologi penelitian, sementara pelayanan kesehatan tradisional seringkali kurang didukung oleh data penelitian ilmiah”, ujar Menkes.

Menurut Menkes, ada tujuh langkah untuk mengintegrasikan pengobatan tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan, yaitu Perumusan strategi untuk integrasi; Menetapkan regulasi untuk integrasi; Menetapkan standar layanan dan kompetensi; Pelatihan dan pendidikan untuk konvensional provider dan praktisi traditional medicine; Pengintegrasian pengobatan tradisional/alternatif ke dalam sistem kesehatan (formal); Membangun kemitraan dan jaringan dengan negara-negara lain untuk bertukar informasi dan pengalaman; dan Melakukan penelitian dan pengembangan untuk pembuktian secara ilmiah.

Pemerintah Indonesia berkomitmen kuat dalam mengembangkan obat tradisional, khususnya jamu buatan Indonesia. Sehubungan dengan upaya untuk mengintegrasikan pengobatan tradisional ke dalam sistem kesehatan nasional, sejumlah kerangka regulasi telah diterbitkan, mulai dari tingkat Undang-undang, hingga Keputusan Menteri Kesehatan. Kebijakan tersebut meliputi: mandat pemerintah untuk mengatur obat tradisional; pengaturan praktisi pengobatan tradisional; pengaturan praktik pengobatan alternatif; dan pengembangan jamu berbasis ilmiah (saintifikasi jamu).
“Berdasarkan proses, klaim keberhasilan, dan tingkat bukti, jamu Indonesia dikategorikan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan phytomedicine”, jelas Menkes.

Program saintikasi jamu dikembangkan agar jamu dapat dipromosikan oleh profesional medis dalam  kesehatan formal. Program ini bertujuan untuk memberikan dasar ilmiah pemanfaatan jamu di pelayanan kesehatan; membangun jaringan, dokter dapat bertindak sebagai penyedia jamu dan peneliti (dual system); mendorong penyediaan jamu yang aman, efektif, dan berkualitas untuk pemanfaatan di pelayanan kesehatan.

Jamu secara luas digunakan oleh masyarakat di Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk yang besar dan juga memiliki kekayaan, berupa keragaman jenis tanaman obat. Dari sekitar 30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia, 7.000 spesies merupakan tanaman obat dan 4500 spesies diantaranya berasal dari pulau Jawa.Selain itu, terdapat sekitar 280.000 orang praktisi pengobatan tradisional di Indonesia”, tambah Menkes. (depkes.go.id)

INDONESIA CINTA SEHAT, SAATNYA JAMU BERKONTRIBUSI

Jamu dapat dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan kesehatan formal. Jamu juga dapat menjadi obat herbal. Di samping itu, jamu dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta memberikan peluang kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan. Oleh karenanya, perlu ketersediaan obat herbal/ramuan yang terjamin mutu, khasiat dan keamanannya serta teruji secara ilmiah.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Ali Gufron Mukti, MSc., PhD., saat membuka seminar dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional ke-47, “Indonesia Cinta Sehat, Saatnya Jamu Berkontribusi”.

Mengutip data WHO (2005), sekitar 80% penduduk dunia pernah menggunakan obat herbal. Di Indonesia, jamu sebagai bagian dari obat herbal/ramuan, telah diterima dan digunakan secara luas oleh masyarakat dalam rangka pemeliharaan kesehatan. Menurut data Riskesdas (2010), sekitar 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu dan 95,6% diantaranya merasakan jamu berkhasiat dalam meningkatkan kesehatan.

”Hal ini menunjukkan adanya pergeseran minat masyarakat menuju konsep back to nature. Sebagai negara dengan kekayaan hayati terbesar kedua di dunia, Indonesia mempunyai sekitar 30.000 jenis tanaman dan dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 terbukti berkhasiat sebagai obat, namun yang kita manfaatkan masih sangat terbatas”, ujar Wakil Menkes.

Jamu sebagai Brand of Indonesia telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan, pentingnya mengintegrasikan jamu atau obat herbal/ramuan ke dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.  Saat ini, telah dihasilkan roadmap jamu, yang melibatkan beberapa Kementerian terkait seperti, Kementerian Kesehatan, Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan sebagainya.

“Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 003 tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Program Saintifikasi Jamu  dilaksanakan dalam rangka penyediaan jamu yang aman dan memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah”, ujarnya menambahkan.

Saat ini, saintifikasi jamu baru difokuskan pada 4 formula untuk mengatasi gejala hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperurisemia. Sementara itu, Klinik Jamu Medik telah dikembangkan di 12 Rumah Sakit Pendidikan dan klinik saintifikasi jamu, dikembangkan dengan pelatihan 60 dokter Puskesmas di Kabupaten Karanganyar, Sragen, Kendal dan Semarang dan diikuti dengan perjanjian kerjasama antara Badan Litbangkes dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mengembangkan body of knowledge pelayanan jamu medik di Indonesia.

Berdasarkan proses pembuktian ilmiah  dari obat herbal Indonesia,  saat ini adanya 3 jenis obat herbal yaitu 6 jenis fitofarmaka, 31 jenis obat herbal terstandar serta sekitar 1400 jenis jamu. Selanjutnya, jamu yang sudah teruji secara ilmiah, keamanan, manfaat dan kualitasnya akan dimanfaatkan untuk diterapkan dalam pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil forum 3rd Asean Conference of Traditional Medicine di Solo pada 31 Okt- 2 November 2011, melalui Tawangmangu Declaration para Delegerasi Negara Asean antara lain sepakat menerapkan Herbal/Jamu tersedia dalam Pelayanan Kesehatan. (depkes.go.id)

Legalitas Hukum Pengobatan Tradisional

􀁏 Kepmenkes No. 1076/ 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional (battra)
􀁏 Kepmenkes No. 1109/ 2007 tentang pengobatan komplementer alternatif, merupakan pengaturan cara pengobatan tradisional pada pelayanan kesehatan formal, dokter/dokter gigi, dan battra.
􀁏 UU No. 36 Tahun 2009, pada Pasal 48 dinyatakan: “Pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan”.
􀁏 Pasal 59-61 mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional, jenis pelayanan kesehatan tradisional, pembinaan dan pengawasan, serta pengembangannya. Pasal 101 dinyatakan, “Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan atau pemeliharaan kesehatan, tetap dijaga kelestariannya.”
􀁏 Permenkes No. 003/ 2010 tentang Saintifikasi Jamu, yang mengatur tentang perlunya
pembuktian ilmiah obat tradisional melalui penelitian berbasis pelayanan (dual system), serta pemanfaatan obat tradisional untuk tujuan promotif dan preventif (pemeliharaan kesehatan dan kebugaran), kuratif (mengobati penyakit), dan paliatif (meningkatkan kualitas hidup). (Jurnal Internis edisi 18 bulan April 2011)